Masalah Pemikiran Instan


Kemarin ada tetangga depan rumah, seorang mbak-mbak – minta tolong ke saya untuk dicarikan calon suami. Dia minta tipe yang baik dan tanggung-jawab. Dia punya pengalaman menjalin hubungan dengan cowok nggak bener dan merasa kapok dengan itu.

Beberapa waktu yang lalu, ada mahasiswa yang minta dicarikan pekerjaan. Pekerjaan yang mudah dan gajinya besar. Saya tanya, kamu bisa apa? dia jawab, “Saya ngerti ini itu dikit-dikit pak”.

Lalu sempat juga ada cerita tentang orang tua yang mengeluh anak-anaknya nggak mau dengerin perintahnya. Dia pengen supaya anak-anaknya patuh dan baik. orang ini tipenya sibuk bekerja dan pulang ke rumah hanya untuk ngecas energi untuk kemudian bekerja kembali di keesokan harinya. Workaholic lah bahasa jawanya.

Cerita-cerita diatas, sering saya alami. seakan terulang-ulang seperti iklan nu green tea – honey shake yang baru.

Seharusnya sudah jelas, kalau mau suami tanggung jawab, silakan perbaiki diri dulu kualitas anda, siapkan diri anda menjadi istri yang shalihah. Silakan melibatkan diri di lingkungan yang baik, datangi majelis-majelis ilmu agama, dengan begitu ilmu agama anda bertambah, ahlak pun akan mengikuti. efek sampingnya adalah kemungkinan untuk mendapatkan potensi calon suami yang baik akan meningkat. Mana ada seorang istri yang sukanya keluyuran, main ke mall, dugem, ngerokok dan perilaku nggak baik lainnya dapatnya suami yang baik, pinter momong, gajinya besar, terhormat, sekaligus bertanggung jawab? pfft, mimpi!
Karena setahu saya, karakter baik dari seorang suami adalah cerminan dari pemahaman agama yang baik pula.

Simple juga untuk kasus mahasiswa, dia minta sesuatu yang unreal. utopis. nggak logis. Ada po pekerjaan yang mudah dengan gaji yang wah?
Yang ada itu adalah anda belajar dan terus belajar, sehingga sesuatu yang susah itu menjadi mudah. Kenapa? karena anda terus mempelajarinya. Disitulah hal yang mudah dapat bayaran yang wah berasal. Beberapa alumni yang berhasil di dunia kerja, mereka terkenal pekerja keras di kampusnya. Saat yang lain asyik mencari pasangan, dia sibuk mencari bug dari skrip buku tamu yang sedang dipelajarinya dari sebuah buku tutorial pinjeman dari tetangga kos. saat yang lain mendapat status wah dikampus karena punya cewe cantik, dia jadi korban bully dari dosennya karena menyandang status jomblo. ada pengorbanan disitu, ada proses.

Sedang orang-tua, kita sama-sama tahu bahwa semua orang harus bekerja untuk mencari uang untuk menafkahi keluarga. Namun jangan sampai kesibukan mencari nafkah itu meninggalkan sesuatu hal yang lebih penting yaitu keluarga. Keluarga membutuhkan perhatian. keluarga membutuhkan waktu untuk berbagi. Jangan sampai peran anda sebagai orang tua tak lebih dari sekedar ATM bagi mereka.

Seperti diketahui anak-anak memiliki kemampuan yang berbeda dengan orang dewasa, adalah seharusnya orang dewasa mengetahui bagaimana cara berpikir anak-anak ini. ciptakanlah bond (ikatan) dengan anak-anak anda. karena tanpa adanya bond ini, adalah keniscayaan bahwa anak-anak anda akan mendengar permintaan anda. Selain luangkan waktu dengan dengan mereka, bacalah buku-buku parenting. Banyak sekali knowledge ttg bagaimana berkomunikasi dengan anak-anak. Meluangkan waktu bukan hanya mengajari anak-anak menulis, membaca dan berhitung tapi juga bagaimana anda ikut bermain dan mengenal dunia mereka. Liatlah spongebob bersama, pahamilah animasi yang mereka sukai, ketahuilah buku yang menjadi favorit mereka maka bond itu akan terjalin. Ajaklah mereka bercerita tentang temannya, tentang masalahnya sejak dari kecil. kebiasaan bercerita itu akan menumbuhkan skil komunikasi yang sangat penting bagi mereka bermasyarakat kelak. Cobalah untuk merasa seperti yang mereka rasa, after all kita pernah menjadi anak-anak, sedang mereka tidak. belajarlah untuk ber-Empati. Tidak mudah memang, tapi hal itu sangatlah penting.

Saya melihat dari ketiga kasus tersebut kesamaannya hanya satu, mengharapkan hasil yang instan.
Saat saya minta, maka saya harus dapat. Tidak mau melalui proses, hanya mau hasilnya. Jika ada orang lain berhasil mencapai sebuah milestone hidup, mereka langsung menilai bahwa orang tersebut beruntung. padahal tidak, ada proses untuk mencapai itu, ada kegagalan-kegagalan, ada kegalau-kegalauan yang orang itu alami untuk mencapai keberhasilan itu. maka ingatlah, dibalik orang yang beruntung, terdapat proses-proses yang panjang yang telah mereka lalui.

Panjang sekali ya postingan kali ini. Terima kasih bagi yang mau baca. ini merupakan catatan untuk diri saya sendiri, karena saya sering lupa. saya tulis disini semoga bisa dimanfaatkan, kalau tidak bisa ya sudah. hehe..

Leave a comment